Tulisan dariku ini, mencoba mengabadikan
Mungkin akan kau lupakan, atau untuk dikenang

Selasa, 12 Oktober 2010

Fenomena Resleting Turun

Seorang teman meminta saya membuatkan blog untuknya, alasannya dia suka salah satu blogger Indonesia yang blog-nya sudah pernah dijadikan novel dan bahkan film. Dan juga, dia, teman saya ini, sempat membaca isi blog saya yang sebagian besar diposting entah beberapa abad yang lalu. Begitulah ceritanya sehingga saya merasa tertarik untuk mengisi blog ini kembali. Kalaupun ditanya kenapa judul postingan pertama setelah vakum adalah seperti di atas, jawabannya karena pengalaman itulah yang terjadi saat pikiran untuk mengisi blog ini melintas.

Sudah hampir dua bulan ini saya menyadari satu fenomena baru yang terjadi pada diri saya sendiri. Fenomena resleting melorot. Saya belum yakin tulisan yang benar adalah resleting atau risleting, tapi saya memutuskan menggunakan kata pertama. Alasannya? Tidak ada yang khusus, hanya saja terdengar lebih masuk akal.
Nah, kembali ke masalah fenomena, hal ini baru saya sadari menjelang lebaran kemarin. Saat terbangun dari duduk suatu pemandangan yang mengganggu pasti terjadi. Resleting celana saya pasti melorot ke bawah. Sumpah, ini bukan hal yang disengaja dan direncanakan. 

Saat silaturahmi ke rumah teman atau keluarga, saat acara reuni di sekolah, atau lagi di warung makan, tetap saja kejadian ini melanda. Mungkin istilahnya: tidak pandang tempat. Dan juga tidak peduli apakah suasana lagi ramai, sepi, resmi, atau sekedar kumpul bareng teman. Jadi istilah lengkapnya: tidak pandang tempat dan suasana. Saking seringnya saya jadi suka cuek saja, meski kebanyakan jadi malu, atau bahkan kadang lupa masalah itu.

Awalnya saya pikir ini masalah teknis yang terjadi pada satu dari dua celana jeans aktif saya. Celana jeans aktif maksudnya ya yang sering saya pakai selama ini. Ada beberapa lagi celana jeans saya di koper, tapi tidak pernah dipakai, nah itu statusnya pasif. Bahkan akhir-akhir ini sebenarnya cuma satu yang aktif, celana model yang bawahnya menyempit. Cuma tidak sesempit celana anak-anak yang katanya 'gaul' itu. Celana inilah yang setia menemani saya kemana-mana selama ini. Dari keramaian kota kembang, penjelajahan pulau andalas, sampai perjalanan pulang saya ke kampung tercinta, Kaluku. Saya  pikir mungkin saking aktifnya, celana ini mulai mengalami kemunduran yang mengakibatkan resletingnya suka turun sendiri. Untuk mencegah masalah lebih lanjut, trik yang saya gunakan adalah menggunakan baju yang sampai menutupi bagian resleting itu, lumayan mujarab.

Tapi, temuan terbaru saya menunjukkan bahwa hal ini tidak terjadi pada celana itu saja. Celana jeans aktif saya yang lain juga ternyata melakukannya. Ini baru saya ketahui setelah kembali ke riau, lokasi kerja saya saat ini. Celana yang ini modelnya celana pendaki gunung. Agak gombrang dengan beberapa saku di sekujur bagiannya. 

Fenomena resleting turun akhirnya berhasil masuk lebih dalam ke pikiran saya untuk mencari akibatnya. Karena yang awalnya saya pikir ini hanya terjadi pada satu celana, tentu dengan mudah kesimpulannya adalah celana itu yang bermasalah. Tapi kemudian ini juga terjadi pada celana jeans yang lain. Kedua-duanya rusak? Mungkin saja tapi sangat tipis probabilitasnya. 

Di suatu acara pernikahan keluarga, saya hadir dengan pakaian rapi dan resmi, batik serta celana kain. Entah apa sebenarnya istilah untuk celana ini tapi secara turun-temurun di lingkungan kecil istilah celana kain sudah digunakan. Celana yang dimaksud adalah yang bukan celana jeans dan seperti yang digunakan saat masa sekolah SMA. Fenomena tadi tidak terjadi pada celana ini. Kesimpulan yang kemudian saya tarik, saya dan celana jeans tidak cocok.

Tapi, saya teringat ketika dalam perjalanan dari rumah ke bandara. Waktu itu saya juga memakai celana jeans bekas bapak, hanya saja modelnya yang selutut. Tapi bahannya mirip. Mirip disini adalah anggapan saya bahwa celana itu dari bahan jeans juga, hanya saja pasti tidak sama persis dengan dua celana yang lain. Celana jeans selutut ini tidak mengalami kejadian dua saudaranya tadi. Kembalilah otak saya berpikir, mencari perbedaan dan persamaan.

Perbedaan dengan dua celana jeans sebelumnya adalah kali itu saya juga menggunakan ikat pinggang. Dan ini juga merupakan persamaan celana selutut dan celana kain dalam acara nikahan itu. Di kedua momen itu saya menggunakan ikat pinggang. Jadi kesimpulan terkahir saya, dengan terjadinya pengecilan ukuran pinggang berdampak pada mudahnya resleting untuk melorot. Entah benar entah tidak tapi sampai saat ini kesimpulan tersebutlah yang masih saya setujui. Apalagi memang beberapa bulan belakangan nutrisi yang saya konsumsi makin berkurang :(

3 komentar:

titthy' mengatakan...

ckckckck...jadi waktu reunian kemarin,fenomena resLeting meLorot itu terjadi juga ya pick??untung teman2 tdk ada yg menyadari...hehehee

beddu mengatakan...

yaa.. begitulah..
mungkin teman2 kurang peka, jadi tidak menyadari hehehe..

Anonim mengatakan...

Apa mungkin karena berat badan yah?mungkin beratny naek jd reselting turun.mungkin gag sie?

Posting Komentar

My 99designs Folio

Check out 99designs for Logo Design