Tulisan dariku ini, mencoba mengabadikan
Mungkin akan kau lupakan, atau untuk dikenang

Selasa, 25 Januari 2011

Jalan-jalan ke Danau Toba

Jalan-jalan, sebuah kata ulang yang sangat dirindukan oleh orang-orang yang sibuk bekerja, sibuk sekolah, atau kesibukan-kesibukan lainnya. Jalan-jalan menurut saya adalah kegiatan menggerakkan kaki kiri dan kanan ke arah depan sementara mata jelalatan ke mana-mana. Well, memang agak absurd hehe... maksud saya, jalan-jalan itu pergi ke suatu tempat di luar lingkup rutinitas kita sehari-hari. Biasanya jalan-jalan juga identik dengan tempat belanja, pusat keramaian, wisata alam, dan atau daerah lain selain daerah domisili kita. Tapi jalan-jalan tidak selalu hanya menggunakan kaki untuk bepergian, tapi juga tangan, telinga, eh..maksudnya pakai kendaraan, karena bila orang Sulawesi jalan-jalan pakai kaki saja ke Jawa maka mungkin tidak akan sampai ke Jawa, mungkin hanya sampai rumah sakti terdekat, atau malah pemakaman terdekat.

Nah, jalan-jalan ini juga termasuk hobi saya, karena dengan jalan-jalan kita bisa bertemu dengan manusia baru, merasakan budaya baru, dan melihat tempat-tempat baru. Sejauh yang pernah saya catat saya sudah jalan-jalan ke 6 pulau di Indonesia. Sulawesi, Jawa, Bali, Sumatera, Samosir, dan satu pulau kecil di lepas pantai Makassar yang saya lupa namanya. Karena itu juga saya sudah merasakan beberapa kebudayaan daerah Indonesia seperti Bugis, Makassar, Jawa, Sunda, Betawi, Bali, Batak, dan Melayu.

Kali ini akan saya kisahkan (berasa kayak kak Seto ^^) pengalaman jalan-jalan saya ke Danau Toba, yang punya Pulau Samosir, pulau dalam pulau di tengah danau. Sebagai intro saya ingin berbagi informasi mengenai Danau Toba. Danau yang berada di daerah Sumatera Utara ini kabarnya merupakan kawah gunung berapi yang meletus berjuta-juta tahun yang lalu. Tahun dimana para koruptor belum ada, suporter tim bola yang suka rusuh juga belum pada lahir (sebenarnya mungkin belum ada manusia waktu itu hehe..). Menurut para ahli, abu dari letusan yang memunculkan Danau Toba itu bahkan sampai ke Antartika. Bayangkan saja, abu Merapi yang sampai ke Bandung saja sudah bikin heboh, ini dari Sumatera sampai Antartika meennn


Ini bukan imajinasi saya belaka lho.. tidak seperti sinetron yang selalu dipelototin ibu-ibu saban maghrib itu, ini berdasarkan penelitian para ahli selama bertahun-tahun (saya tekankan lagi, para ahli!!). Jadi ceritanya ahli geologi yang ke Antartika menemukan komposisi batuan yang tidak biasa di sana, jadilah mereka bingung dari mana asal batuan itu, dan mereka berkeliling dunia untuk mencari komposisi batuan yang sama. Sampai di tanah Sumatera mereka bertemu Gita Sinaga, eh bukan, itu impian saya hehehe u_u. Singkat cerita mereka ke Danau Toba dan menemukan bahwa komposisi batuan disini cocok dengan yang di Antartika sehingga mereka berasumsi letusan Danau Toba sampai ke ujung atas bumi ini. Malah katanya letusan ini yang menyebabkan jaman es karena debu-debunya yang berterbangan menutupi matahari dalam waktu lama. Jaman kehidupan Manny, Sid, dan Diego..salah satu film faovrit saya hehe..


Wah, intronya kebanyakan!! Baiklah kembali ke kisah jalan-jalan saya ke sana. Seperti yang saya katakan di postingan-postingan sebelumnya, saya mendapat kerjaan ke daerah Sumatera dan waktu itu kami diutus mengikuti pelatihan di kota Medan. Kami ini adalah saya dan 5 orang rekan kerja. Setelah pelatihan selesai kami belum diinstruksikan untuk kembali ke pos masing-masing, jadilah rencana ke Danau Toba disusun. Dari berbagai sumber kami dapatkan ongkos angkutan ke sana ada yang 25ribu saja. Tentu kami makin semangat, untuk masalah menginap, cari mesjid saja, begitu rencananya.


Tanpa disangka kami mendapat pinjaman mobil beserta supirnya! Mengenai siapa dan bagaimana kisah peminjaman itu. biarlah jadi rahasia kami hehehe... Pada satu hari sabtu kami pun berangkat ke Danau Toba. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam. Melewati beberapa pemandangan alam seperti perumahan, persawahan, perkebunan dan pegunungan. Salah satu kota yang kami lewati adalah Pematang Siantar, kota asal salah satu teman kost saya di Bandung. Di kota ini banyak dijumpai motor gede yang lumayan jadul, menurut rekan-rekan saya, motor ini di dunia hanya ada di dua tempat, di Inggris sana yang merupakan kota asalnya, dan di Pematang Siantar ini. Saya lupa nama motornya, sayang sekali, padahal motor-motor ini termasuk legendaris. Lewat dari kota ini perjalanan semakin banyak menanjak dengan hutan di kiri-kanan jalan.


Selepas tanjakan dan belokan-belokan tajam Danau Toba terhampar di depan mata. Karena kami berangkatnya pagi-pagi, sampai di sana menjelang siang dan cuaca lumayan cerah sehingga pantulan sinar matahari ke air danau bagaikan mutiara berkilauan (sedikit puitis biar lebih kerasa feel-nya). Ternyata butuh 15-20 menit dari atas bukit untuk sampai ke bawah, ke kota Parapat, kota yang tepat berada di pinggir Danau Toba. Di sini kami menikmati dulu makan siang karena untuk jalan-jalan tentu butuh tenaga juga. Sehabis makan kami masuk ke site danau, di situ ada kantor RRI dan sebuah resort (mungkin, karena lumayan bagus cuma kurang terawat). Di bawah gedung RRI ini lah saya pertama kali merasakan air Danau Toba. Kan jarang orang yang sempat cuci tangan di Danau Toba hehe.. Sayangnya di luar wilayah resort itu pantainya tidak terurus dan seperti jadi pembuangan limbah warga kota.


Di situ juga terdapat pasar tradisional, dan pantainya lebih parah lagi, sampah dimana-mana. Di pasar ini ada dermaga penyeberangan ke Pulau Samosir. Awalnya kami ditawari tukang perahu untuk menyeberang dengan bayaran sewa perahu 300ribu. Tentu tidak cocok dengan cara jalan-jalan kami, apalagi dengan dompet kami hehe... Ternyata di penyeberangan di pasar tadi ongkosnya cuma 7ribu 5ratus per orang. Wuiih.. cap cus cinn...


Perahu yang digunakan adalah perahu kayu yang bertingkat, tingkat atas dan bawah. Di atas khusus penumpang yang terbagi lagi jadi kabin terbuka dan tertutup, sementara di bawah ada kabin nahkoda, tempat barang, dan kabin penumpang (mungkin bagi warga lokal yang udah bosan bolak-balik Samosir-Parapat). Di perahu ini ternyata banyak bule juga yang numpang nyebrang. Jelas saja kami langsung duduk di dekat-dekat mereka, meskipun harus berpanas-panas di kabin terbuka hehehe.... Perjalanan menyeberang ini butuh waktu 30-45 menit, saat itu kami bisa menikmati pemandangan udara terbuka ke bukit-bukit yang mengelilingi danau, hamparan air yang luas, dan juga menikmati kacang yang kami bawa hehe..


Bagi warga lokal, mereka sudah ada dermaga sendiri yang dituju. Sementara bagi bule-bule, mereka juga turun di dermaga hotel tempat mereka akan menginap. Nah, kami bukan warga lokal, bukan juga bule yang sudah booking hotel, jadi kami kebingungan turun dimana. Tapi dari usulan awak perahu kami turun di hotel saja karena untuk kembali ke Parapat lebih gampang disana. So, kami ikut usulan itu saja. Kami turun bersama bule-bule di hotel kedua yang juga sepertinya persinggahan terakhir perahu itu. Posisi hotel itu di salah satu punggung bukit jadi memiliki view yang sangat bagus. Mungkin kurang cocok di sebut hotel, karena berupa cottage-cottage yang terpusat ke gedung utama sebagai ruang administrasi dan restoran. Entah lebih cocok disebut apa tapi saya menyebutnya penginapan hehe...


Turun di dermaga penginapan ini kami lagi-lagi kebingungan mau kemana, karena disitu merupakan tempat tertutup. Di situ juga terdapat tempat santai di pinggir danau tapi khusus tamu penginapan. Dan saat bertanya ke resepsionis, untuk menginap di sana harus booking duluan, tidak bisa datang langsung seperti itu. Jadilah kerjaan kami nongkrong di dermaga itu sambil menunggu perahu ke Parapat, seperti para bajak laut yang terdampar di pulau kosong hahaha...


Untunglah sore itu masih ada perahu yang menyeberang jadi kami selamat tidak terlantar di Pulau Samosir dan bisa kembali ke Medan sambil pamer foto-foto selama di sana. Sisi baiknya, kami mendapatkan nomor kontak penginapan itu dan berniat kembali pekan depannya untuk merasakan semalam di atas bekas letusan gunung berapi. Kalau tidak salah nama penginapan itu Carolina Hotel & Restaurant

0 komentar:

Posting Komentar

My 99designs Folio

Check out 99designs for Logo Design