Tulisan dariku ini, mencoba mengabadikan
Mungkin akan kau lupakan, atau untuk dikenang

Kamis, 13 Desember 2012

profesionalisme

jalan masuk shelter di Riau
Kemarin sepulang dari kampus saya mampir ke kios kelontong kecil dekat kost, kebetulan saat itu mesin pendingin minuman kios tersebut sedang diperbaiki. sejenak saya perhatikan tukang servis mengutak-atik bagian dalam mesin. Ini mengingatkan saya sebuah pernyataan dari mantan dosen kewarganegaraan beberapa tahun lalu. Beliau menjelaskan arti kata profesional, dimana ada tiga parameter untuk mencapai tingkat tersebut, yaitu ahli di bidangnya, bertanggung jawab pada masyarakat sosial terkait pekerjaannya, dan memperoleh penghasilan yang cukup dari itu.

Profesionalisme, kata ini sering kita harapkan diterapkan oleh seseorang yang bekerja atau sedang memberi layanan pada kita. Kita mau mengurus KTP, kita berharap pegawai pembuat KTP yang profesional, kita naik taksi, berharap supir taksi yang profesional. Cuma kadang kata itu kita lupakan disaat orang lain yang berharap ke kita. Pernahkah kita mencoba menjadi penumpang taksi yang profesional misalnya? Nah loh, emang ada?? hahahaa..

Pada beberapa kesempatan, saya sering menjumpai profesionalisme justru diterapkan oleh kalangan menengah kebawah. Seorang tukang bubur dekat kost misalnya, saya sering beli sarapan disini walaupun tidak reguler dan hanya kalau saya rasa ada angin yang perlu dikeluarkan dari perut pagi-pagi hehe, abang tukang bubur ini pernah saya datangi lebih pagi karena sudah tidak tahan sama angin perut yang bergemuruh, abang ini sedang sisiran dan kemudian merapikan dagangannya karena pelanggan masih sepi. Dalam hati saya langsung berkata wow tanpa koprol, salah satu nilai plus abang satu ini memang kebersihan dagangannya dan juga penampilannya sendiri yang rapi jali. Kemudian kejadian kedua yang membuat saya berkata wow dalam hati lagi, dan tanpa koprol lagi, ketika seorang pelanggan mau membayar dengan nominal uang pecahan besar. Sudah umum kita alami, terutama di pagi hari, banyak pedagang tidak mau menerima uang dengan pecahan besar dengan alasan tidak ada uang kembalian. Ini juga kadang pembeli yang keterlaluan, beli permen cuma supaya dapat pecahan kecil. Tapi abang tukang bubur ini menerima uang tersebut, sepertinya dia memang sudah menyiapkan pecahan-pecahan kecil walaupun masih pagi. Menurut saya dia seorang profesional kalau dikaitkan dengan pernyataan dosen diatas, ahli di bidangnya? Ya, buburnya enak, bertanggung jawab pada masyarakat? Ya, dia menghargai pelanggannya dengan menjaga kebersihan, memperoleh penghasilan yang cukup? Saya pikir ya, meskipun harga yang dia pasang standar, tapi lumayan laku. Dalam hati saya cuma bisa bilang, semoga cepat naik haji bang :)

Ada satu kejadian menarik juga ketika saya masih bertualang di pedalaman Riau yang berawa-rawa. Waktu itu air conditioner ruang shelter yang jadi tanggung jawab saya bermasalah. Selama 12 tahun bersekolah, ditambah 2,5 tahun kuliah diploma saya tidak pernah mendapat pelajaran mengenai air conditioner, kecuali sedikit kisah bahwa freon dalam AC bisa menyebabkan kerusakan lapisan ozon. Karena itu saya datangkanlah seorang tukang service AC dari kota terdekat. Saat itu saya sempat tercengang juga melihat aksinya, dia datang menggunakan mobil bututnya lengkap dengan berbagai entah peralatan apa di bak belakangnya yang terbuka. Telaten dan cekatan si bapak membongkar pasang peralatannya memeriksa kondisi AC di luar dan didalam shelter. Saat itu saya sempat berpikir untuk datang ke padepokannya dan minta diajarkan semua ilmunya hahaha. Tak berapa lama beliau pun menjelaskan ini itu masalah yang terjadi, penyakit lama saya, mungkin sejak pertama kenal sekolah, jika sedang dikasi penjelasan saya bisa pasang muka mengerti padahal masuk telinga kiri keluar kanan hahaha. Saya cuma bisa bilang, iya pak, iya pak, yang penting bagus lagi hahaha.
Nah, ini yang lebih hebat lagi, ketika si bapak sudah mulai merapikan peralatannya dan menaikkan kembali ke bak mobil saya mendekat lagi menanyakan mengenai biaya perbaikan tersebut. Kembali dengan telaten dan cekatan beliau mengambil nota dari dashboard kabin depan mobil, saya pikir wah profesional juga si bapak, sudah disiapkan semua. Dia menulis angka di nota kemudian menyodorkan ke saya, nih bapak tulis empat ratus ribu, tapi kamu bayar dua ratus lima puluh aja, hah?? Saya cuma melongo mendengar kata-kata itu. Kita sama-sama orang lapangan, bapak ngerti lah, tambahnya lagi yang membuat saya berimajinasi dia mengucapkan kata-kata itu sambil mengedip ala Dean Winchester di serial Supernatural hahaha..
Bapak itu profesional? Coba kita nilai. Ahli dibidangnya? Jelas, AC shelter kembali semriwing. Bertanggungjawab pada masyarakat? Well, masyarakat disini cuma ada saya yang diberinya kesempatan untuk mark up laporan perbaikan AC, dapat penghasilan mencukupi? Lebih dari cukup saya kira. Silahkan dinilai sendiri deh hahaha..
Terkait kelebihan laporan keuangan tadi, saya habiskan uang itu membeli martabak bangka untuk dinikmati bersama dan juga beli bensin untuk motor operasional diluar bensin reguler. Baik kan saya? Hahahaha

Masih banyak profesional-profesional yang saya pernah temui. Tukang tambal ban, penjaga stand pameran, pegawai restoran fastfood, dan banyak lagi. Sayangnya ketika saya berharap profesional ini bisa saya temui saat mengurus perpanjangan SIM, antri daftar ulang kuliah, dan mengantar om saya ke bank, terkadang personal-personal yang merasa posisinya aman sudah melupakan pentingnya profesionalitas dalam pekerjaan.
Dua profesi yang sejauh ini sudah saya lakoni, saya usahakan memberi layanan terbaik baik itu untuk kantor tempat saya bekerja maupun pelanggan kantor yang berinteraksi dengan saya. Apakah saya profesional? Sepertinya belum mencapai tahap itu, setidaknya faktor ahli dibidangnya belum bisa saya penuhi.
Saya pernah baca bahwa amatir itu adalah tau banyak hal tapi tidak menguasai salah satunya. Saya terpatok di defenisi ini. Di dua profesi sebelumnya, diantara sekian sektor pekerjaan di profesi itu, saya tau semuanya sampai pada tahap dimana saya bisa menegur seseorang karena bekerja tidak sesuai dengan sektornya (walaupun pada kenyataannya saya tidak pernah menegur orang lain, who am i? hehe) tapi ketika saya difokuskan pada salah satu sektor, ketertarikan saya langsung hilang pada hari kedua kerja hahahha...
rasa penasaran saya membuat selalu ingin tau mengenai hal baru, yang mungkin menghalangi saya menjadi ahli pada salah satu bidang, dan jauh dari kata profesional

0 komentar:

Posting Komentar

My 99designs Folio

Check out 99designs for Logo Design