Tulisan dariku ini, mencoba mengabadikan
Mungkin akan kau lupakan, atau untuk dikenang

Minggu, 03 Maret 2013

ikal - arai versi me

ditunggu di kantin depan. Pesan singkat yang saya terima dari om saya, sepupu mama. Untuk pertama kalinya kami ketemu lagi setelah lebaran dua tahun yang lalu. Saya bergegas meninggalkan kamar dan menuju ke kantin yang dimaksud. Dari seberang jalan saya melihat si om sedang ngobrol dengan istrinya depan kantin. Jakarta menjadi kota milestone lagi (biar kedengeran agak keren khekhekhe...)

Kami dibesarkan bersama oleh keluarga besar di kampung. Beda umur hanya dua tahun, sehingga saya baru sadar bahwa kami ini om-ponakan saat masuk SMP. Walaupun sampai sekarang setiap dia mengenalkan saya ke temannya selalu mengaku kami sepupuan, ga mau dianggap tua hahaha..

Kalau di cerita Sang Pemimpi ada hubungan Ikal - Arai, maka seperti itulah hubungan kami dari dulu. Dia selalu menjadi seorang 'Arai' dengan jiwa kepemimpinan dan kesatriaannya. Selama SD, setiap libur sekolah saya pasti menginap di rumahnya, atau liburan bersama ke rumah keluarga di lain kota. Di SMP kami menjadi penguasa sekolah bersama bersama beberapa anak lainnya, membentuk geng yang kalau tidak salah namanya Kickers, salah satu judul kartun yang kami gandrungi waktu itu. Saya bisa mengendarai motor juga diajari dia, tiap malam kita diam-diam bawa keluar motornya kakek (bapaknya om) khikhikhi

Tapi tahun kedua saya di SMP dia lulus dan lanjut sekolah kejuruan di Makassar. Tahun ketiga saya sempat pindah sekolah ke Makassar juga tapi SMA kembali ke kampung, jadi ada setahun waktu kami di Makassar.
Yang paling teringat selama di Makassar, disitu saya dikenalkan pertama kali dengan permainan Play Station hahaha.. dan juga siaran radio dengan program lawak di malam hari, Sambalu. Saya lupa nama stasiun radionya dan ga tau apa program Sambalu masih ada sekarang.
Ketika SMA saya tidak diterima di sekolah manapun disana, sehingga saya pulang kampung. Si om malah masuk sekolah perwira dan berangkat ke Jogja. Dari situ selama sekitar lima tahun kemudian perjumpaan kami hanya beberapa pada saat lebaran, itu pun tidak setiap tahun. Dari situ pula saya mulai merasa minder, kalah kelas, walaupun si om tidak ada yang berubah, setiap dia pulang pasti ada waktu disempatkan untuk kami bertualang entah kemana disela-sela sambutan keluarga besar. Entah itu jalan ke tempat temannya semasa sekolah kejurusan, ke tempat mantan pacarnya (ups! xixixixi...) atau kadang kita alasan aja mau cari barang ke pasar atau supermarket.

Ketika kemudian saya mencoba mendaftar perguruan tinggi di Bandung, saya diterima. Banggalah saya, keluar dari Sulawesi dan bisa naik pesawat bolak balik hahaha... Ya, sebelumnya kalau om pulang sekali dua kali saya ikut keluarga menjemput di bandara, sekarang saya juga akan diantar jemput sama keluarga, level naik dikit dong hehehe..
Kebetulan si om pindah tugas ke Bandung juga waktu itu, jadilah kami menjelajah Bandung bareng-bareng. Keusilan jaman kecil pun kembali keluar semua, padahal si om sudah resmi perwira waktu itu, tapi kalau ketemu tetap saja kita berasa anak SMP khikhikhi... Yang paling teringat di Bandung adalah saya diajak masuk melihat latihan tentara terjung payung dan sholat idul kurban di landasan bandara Bandung haha.. Kalau tidak salah setelah itu kami langsung ke Jogja, perjalanan ini pun ga akan terlupakan, Bandung - Jogja kami tempuh dengan kereta ekonomi. Dan lagi-lagi tidak terlihat seorang perwira dan seorang mahasiswa, yang ada hanya dua remaja bertualang hahaha...

Itu perjalanan pertama saya ke Jogja, sementara si om mau pulang pacaran khikhihki... saya pun pertama kali dikenalkan ke pacarnya.. Karena dia ingin mengajak saya jalan-jalan keliling Jogja sekaligus ketemu sama pacarnya, jadilah saya seperti kameramen yang merekam film dokumenter tentang mereka hahaha...
Setelah itu om meninggalkan Bandung dan pindah tugas ke Jakarta, sementara saya menyelesaikan kuliah, karena petualangan-petualangan sejak awal tinggal di Bandung itulah saya bisa bertahan hidup di Bandung tanpa terpengaruh kehidupan mahasiswa Bandung, bisalah cerita klise gimana orang udik tinggal di kota kemudian jadi kekota-kotaan, syukurlah saya tidak hehehe... karena setiap petualangan, si om tetap menjadi seorang 'Arai', memberi tau mana yang bagus mana yang engga. Cuma satu yang selalu mengganggu, saya ingin punya pacar juga untuk disombongkan ke si om juga, sayang ga pernah kesampaian hahahhaa...
Tak lama om menikah dengan pacarnya, kembali saya bertualang ke Jogja untuk ketemu kedua keluarga besar. Pernah dengar saat pernikahan Pangeran William, Pangeran Harry dapat sorotan sendiri? Ini yang terjadi sama saya waktu itu hahaha..if you know what i mean lah :p

Selepas nikah si om pindah tugas lagi ke Pekanbaru, dan ternyata lulus kuliah, pekerjaan pertama yang saya dapat ditempatkan di Pekanbaru juga, ketemu lagi khikhikhi... Awalnya sih ya kita jaim, soalnya udah ada istrinya, tapi pas istrinya balik ke Jogja (waktu itu kalau ga salah ngurus pendaftaran ke salah satu dinas pemerintahan) kita menggila lagi menjelajahi Pekanbaru hahaha.. bahkan sempat ikut misi pencarian barang sejarah sampai ke pinggir hutan Sumatera, kalau saja tidak diingatkan warga setempat bahwa harimau masih aktif mungkin waktu itu kami masuk hutan hehehe...
(to be continued, mau futsal bleh...)

--beberapa jam kemudian--
sambuungg...
Nah, kembali di Pekanbaru itu saya diajari gimana hidup di negeri orang, jauh dari rumah. Walaupun waktu itu saya sudah kerja dan ada penghasilan, tapi tetap saja perasaan minder masih ada. Saya belum mencapai apa-apa bila dibandingkan sama om. Dia selalu selangkah lebih maju, dimana pun kami bertemu selalu posisi kami hanyalah dijamu dan penjamu. Aku yang dijamu tentu saja, baik itu ransum, transportasi, ataupun rencana petualangan, dia selalu yang menyiapkan segalanya. Tentu saja dia merasa tidak ada apa-apa, tapi saya kurang enak saja rasanya, terkesan selalu merepotkan. Dari situlah saya berkeinginan suatu hari ketika bertemu lagi di tempat lain, saya ingin menjadi yang menjamu.

Kemudian om pindah lagi, kali ini nun jauh ke timur, Tual, dekat perbatasan Australia. Sementara setelah saya selesaikan kontrak di Pekanbaru, saya kerja lagi di Jakarta sekaligus melanjutkan kuliah. Si om tentu saja mengajak terus untuk berkunjung ke tempatnya, pulaunya terpencil dan alamnya indah sekali. Padahal waktu itu sudah terkumpul dana untuk kesana, cuma karena ada satu hal jadi batal. Ah, andai saja..

Si om sekarang punya anak, lebaran puasa dua tahun lalu, untuk pertama kalinya anaknya dibawa ke kampung. Saya juga dapat kesempatan untuk pulang. Jadilah kami reuni lagi, dan cerita pertemuannya lumayan keren. Istri om juga sudah diterima di pemerintahan dan ditempatkan di Kalimantan, sementara anaknya ditinggal di Jogja, karena orang tua istri (mertuanya om) khawatir kalau anaknya tidak terurus nanti. Bagaimana tidak khawatir, suami tugas di Maluku, istri tugas di Kalimantan, anak belum berumur setahun, sementara usia perkawinan juga masih muda hehe..
Nah, kembali ke cerita, jadilah pertemuan pertama kami setelah berpisah di Pekanbaru adalah pas mudik lebaran itu. Saya dari Jakarta, si om dari Maluku, dan istrinya dari Kalimantan setelah jemput anaknya di Jogja.  Uniknya pesawat kami mendarat pada hari yang sama dan cuma beda setengah jam - setengah jam hehe.. Jadi yang jemput nunggu tiga pesawat sekaligus. Saya mendarat pertama, setelah melepas rindu dengan keluarga besar, tak lama pesawat om juga mendarat, om masih nunggu bagasi, pesawat istrinya mendarat hehe..

Dan setelah dua tahun berlalu kami kembali bertemu kemarin, om lagi pelatihan sementara istrinya juga mengikuti diklat dari departemennya. Luar biasa sekali rasanya, berpencar ke seluruh penjuru negeri dan kembali dipertemukan. Saya teringat janji saya saat di Pekanbaru, dan saya merasa sangat bersedih belum bisa melakukan janji itu. Padahal saya sekarang menjadi tuan rumah. Hanya saja om datang beberapa bulan setelah saya kehilangan pekerjaan dan hampir tidak punya apa-apa.
Saya benar-benar merasa tidak berdaya, si om mungkin setelah pelatihan ini akan naik jabatan dan dipindahkan lagi di kota lain. Sementara saya, tanpa keahlian apa-apa dan dengan masa depan yang tidak pasti. Iri sekali melihat hidupnya begitu tertata, sementara rencana-rencana yang saya bikin asal-asalan dari awal tahun tidak ada yang kesampaian sama sekali. Ya, mungkin masalahnya pada perencanaan hidup, sesuatu yang sangat tidak saya kuasai.
Dan tentu saja tema yang keluar di pertemuan kemarin, "gimana, udah ada yang bisa dikenalin ke keluarga?". Saya hanya bisa tersenyum, tanpa keahlian apa-apa, tanpa rencana hidup, tanpa kelebihan, siapa yang mau sama orang seperti saya om?

0 komentar:

Posting Komentar

My 99designs Folio

Check out 99designs for Logo Design