Tulisan dariku ini, mencoba mengabadikan
Mungkin akan kau lupakan, atau untuk dikenang

Jumat, 14 Juni 2013

Kisah sebuah nama

Pasar Inpres Kaluku, tapi sekarang sudah lebih baik habis renovasi
Perjalanan pulang kali ini lumayan istimewa, bukan libur lebaran, bukan pula libur sekolah, mengunjungi beberapa kota sebelum sampai di rumah, mengunjungi Keponakan pertama. Selain itu pulangnya pun saya bisa mengurangi sedikit aviophobia yang kemarin-kemarin semakin parah. Tapi cerita tentang itu mungkin saya kisahkan di posting lain, di sini saya ingin mengisahkan tentang sejarah nama-nama kampung di sekitar rumah berdasarkan gosip-gosip yang saya dengar hehe, jadi kevalidannya tentu tidak terjamin.

Pengantarnya agak kurang nyambung ya haha, yang penting udah kepalang masuk paragraf kedua hahaha. Jadi saya teruskan saja, sembari mengingatkan kembali sumbernya berdasar apa yang masuk ke kuping saya, itu pun sudah bertahun-tahun yang lalu, benar tidaknya mungkin ada ahli paleontologi nanti yang membuktikan, eh bener ga sih paleontologi? apa arkeologi? apa sosiologi?.. ya begitulah pokoknya, logi-logi gitu hehehe.. Jadi begini ceritanya..

Kaluku
Kaluku ini adalah kampung halaman saya, tempat saya dibesarkan, di kampung ini terdapat beberapa tempat yang menghiasi masa kecil saya dulu seperti sekolah dasar, SMP, pasar inpres, kebun, sawah, saluran irigasi tempat belajar berenang dan juga lapangan bola.
Nah, kata 'kaluku' berarti 'kelapa'. Ini juga yang menjadi kebanggaan kami anak kampung tersebut, karena semua bagian kelapa mulai dari akar sampai ujung daun bisa berguna. Cuma, entah itu sebatas filosofi kami saja atau sudah kami praktekkan hehehe.. ada sih beberapa yang memang sudah bisa berguna bagi masyarakat, kalau saya mungkin belum hehe..
Mengenai asal mula penamaannya, konon jaman dulu lautan itu bertepi di kampung kami (sekarang tepi laut berjarak sekitar 7 kilometer dari situ), ada juga yang bilang dulu ada sebuah sungai besar yang melewati kampung kami dan bermuara di laut. Kaluku konturnya berbukit-bukit, bahkan rumah saya pun di salah satu bukit yang katanya dulu jadi posko gerilya di jaman penjajahan. Konon bukit tempat rumah saya itu diberi nama Pos Kera dan disitu sering ada orang yang disembelih oleh para gerilyawan..hiii....
Kembali ke awal penamaan kampung Kaluku, salah satu bukit yang ternama disana adalah Bukit Batu Bolong yang berarti Bukit Batu Hitam, di punggung bukitnya memang menonjol batu besar berwarna hitam yang menurut tetua adalah tempat paling seram di kampung itu, tempat istana jin. Ceritanya dulu di Bukit Batu Bolong itu ada sebatang pohon kelapa yang besar tumbuh menjulang. Satu-satunya pohon kelapa di sekitar situ dan menjadi patokan para pelaut atau nelayan untuk mendarat. Katanya juga itu tempat mereka menambatkan perahu mereka. Maka dari situlah tempat itu diberi nama 'Kalukue' yang artinya tempat adanya kaluku/kelapa dan sekarang hanya disebut Kaluku

Sengkang
Salah satu sudut Kota Sengkang
Sengkang adalah kota tempat saya dilahirkan, entah saya cuma numpang lahir di rumah sakitnya atau memang orang tua dulunya tinggal disana, saya sendiri belum pernah dengar kepastiannya. Sengkang adalah ibukota Kabupaten Wajo, sering dijuluki Kota Sutera karena termasuk penghasil sutera terbesar di Sulawesi, selain itu juga disebut Kota Lamaddukkelleng mengadaptasi nama pahlawan daerah ini di jaman kerajaan. Sengkang terletak di pinggiran Danau Tempe yang salah satu sungai yang bermuara disana dijadikan objek wisata pasar malam. Orang-orang setempat menyebutnya Ma Pantai atau pergi jalan-jalan di pantai, tidak salah juga karena pinggir sungai kan pantai juga namanya. Hanya saja tempat ini baru ramai pada malam hari (makanya disebut pasar malam), saya lupa apakah setiap malam atau hanya malam akhir pekan saja. Maklum, terakhir jalan-jalan ke Pantai Padduppa (baru ingat namanya) itu saya masih SD. Tapi kalau kota Sengkang sendiri, pulang kemarin pun saya sempat kesana dua kali, karena Abang dan keluarganya tinggal disana.
Sengkang katanya berasal dari kata 'si engkang' yang berarti 'berdatangan/sama-sama datang'. Konon pada jaman penjajahan akan dilakukan gencatan senjata dan pertemuan untuk mengatur sebuah perjanjian. Kurang jelas dimana lokasi markas penjajah maupun markas gerilyawan, tetapi mereka sepakat untuk bertemu di suatu daerah netral. Pada hari yang ditentukan kedua belah pihak datang ke daerah tersebut sehingga daerah tersebut diberi istilah Si Engkang atau tempat kedua belah pihak datang dan bertemu. Dan sekarang daerah tersebut hanya disebut Sengkang, mungkin untuk mempersingkat.

Siwa
Siwa merupakan ibukota Kecamatan Pitumpanua, pusat perekonomian dan pemerintahan wilayah disekitarnya termasuk kampungku. Jaraknya sekitar 7 km dari Kaluku. Di Siwa terdapat Pasar Sentral yang buka setiap hari, tapi hari pasarnya atau hari paling ramainya adalah Minggu dan Rabu. Selain itu terdapat pula Pelabuhan Bangsala e, pelabuhan penyeberangan ferry. Ada juga Mesjid Raya yang sejak aku pertama kali mengunjungi Siwa pada waktu kecil, sampai sekarang, renovasinya belum beres-beres hehe, entah kenapa.
Jembatan Siwa yang epic banget, menurutku, dulu
Di depan Mesjid Raya ada tugu kecil yang juga sudah sangat lama berada disana, tapi sampai sekarang saya belum pernah melihat ke dekat tugu tersebut untuk mengetahui itu tugu peringatan apa, ada yang bilang itu tugu pendidikan karena di seberang jalan dulunya adalah kantor dinas pendidikan kecamatan, sekarang kantor itu beralih fungsi jadi kantor kelurahan setempat. Sementara kantor kelurahan yang lama beralih fungsi menjadi rumah sakit sejak beberapa tahun lalu. Ikon lain adalah Jembatan Siwa, waktu kecil aku selalu terkagum-kagum sama jembatan ini, maklum kampungku berbukit-bukit jadi tidak ada sungai dan jadinya juga tidak ada jembatan hehe..
Siwa berasal dari kata 'si ewa' yang berarti 'berkelahi'. Katanya di wilayah ini dulunya tempat terjadi perang antara penjajah dan gerilyawan. Mungkin karena lokasinya yang strategis berada di tepi laut dan ada sungai yang lumayan besar melewatinya sehingga diperebutkan. Makin lama penamaan Si Ewa dipersingkat penyebutannya menjadi Siwa dan tidak berubah lagi sampai sekarang.

Pitumpanua
Ini adalah nama kecamatan, dulunya mencakup sekitar 10 desa dan kelurahan, tetapi semenjak adanya otonomi daerah, wilayah sebelah selatan melepaskan diri (kayak kisah politik-politik gitu haha) menjadi Kecamatan Keera, saya kurang update lagi berapa desa yang ada dalam wilayah Pitumpanua sekarang. Karena letaknya paling utara dari kabupaten dan berbatasan dengan kabupaten lain, ada wacana juga untuk melepaskan diri dari kabupaten dan membentuk kabupaten sendiri. Bener kan kayak kisah klasik politik?
Pitumpanua berasal dari kata 'pitu wanua' yang artinya adalah 'tujuh kampung/daerah'. Menurut cerita dulunya ada 7 kampung yang paling maju dan wilayahnya luas pada waktu itu disatukan pada saat istilah pemerintahan kecamatan masuk. Jadi bisa dikatakan 7 kampung tersebutlah yang menjadi wilayah awal Pitumpanua. Cuma saya tidak tau kampung apa saja mereka, kira-kira Kaluku masuk tidak ya? Penamaan Pitu Wanua pun berubah untuk memudahkan penyebutannya menjadi Pitumpanua.

Alesilurung
View dari Kuburu Pance, apa frontviewnya ya yang keren?
Alesilurung ini desa tetangganya Kaluku, posisinya di sebelah timur Kaluku. Waktu kecil, mendengar/menyebut nama Alesilurung saja saya takut, semacam berjengitnya masyarakat sihir Harry Potter kalau mendengar nama Voldemort. Selain bayangan tentang hutan belantara karena 'ale' berarti 'hutan', di alesilurung pun terdapat dua titik pemakaman. Salah satu pemakaman itu ekstrim banget, dinamakan Kuburu Tanre atau Kuburan Tinggi karena letaknya di puncak bukit yang orang kalau mau keatas harus mendaki dengan kemiringan hampir 90 derajat! Hampir tegak lurus tebingnya! Saya pernah satu kali melihat jenazah yang akan disemayamkan kerandanya dibopong dengan susah payah keatas. Sampai sekarang saya belum pernah naik ke puncak bukitnya, ada sih keluarga yang dimakamkan disana tapi dari generasinya kakek nenek. Entah apa dulunya alasan pemilihan lokasi itu menjadi tempat pemakaman, mungkin karena posisinya tinggi sehingga kuburan tidak diganggu binatang liar, atau mungkin juga karena kepercayaan orang dulu yang sangat menghormati leluhur sehingga kuburannya ditaruh di tempat paling tinggi (mitos banget).
Kalau ke pemakaman yang satunya lagi, Kuburu Pance atau Kuburan Rendah, hampir setiap tahun saya kesana setelah lebaran. Pemakaman satu ini malah punya view bagus jika kita memandang ke arah utara, hamparan sawah membentang luas dengan latar belakang pegunungan entah apa namanya.
Yang membuat imej seram kata Alesilurung berkurang buat saya adalah karena adanya komplek Basecamp Irigasi dan Kantor Pertanian. Kantor Pertanian ini letaknya persis di samping Kuburu Pance (kok balik ke kuburan lagi?? Haha).
Seperti disebutkan tadi, kata 'ale' berarti 'hutan. Alesilurung memang berasal dari dua kata, 'ale' dan 'silurung'. 'Silurung' sendiri berarti 'saling berhadapan'. Jadi mungkin benar sangkaan saya waktu itu bahwa daerah tersebut dulunya adalah hutan. Konon gerilyawan dan penjajah juga pernah berhadapan di hutan itu, jadilah orang-orang menyebutnya hutan tempat kedua pasukan berhadapan, Alesilurung.

Paojepe
Lapangan bola Paojepe jadi tempat shalat ied
Kalau Alesilurung berada di sebelah timur Kaluku, Paojepe ini di sebelah baratnya. Di Paojepe yang paling saya ingat adalah lapangan bolanya yang lebih bagus daripada punya Kaluku. Lapangan ini juga selalu dijadikan tempat shalat Ied, lebaran akhir-akhir pun ini saya lebih sering shalat disana karena lebih lega dibandingkan di mesjid dekat rumah. Selain itu ada juga medan jalan yang menanjak sambil berkelok yang dalam imajinasi saya mirip medan jalan di Lombok yang sering muncul di FTV haha, apalagi di sudut dalamnya ada mesjid mungil. Lokasinya tidak jauh dari perbatasan desa dengan Kaluku, jadi waktu kecil tuh di pikiran saya kalau keluar dari Kaluku ke arah timur ketemu hutan, ke arah barat mentok di tanjakan tanpa ujung, epic banget ya? hahaha...
Paojepe berasal dari kata 'pao' yang berarti 'mangga' dan 'jepe/jeppe' yang berarti 'berdempetan'. Jadi menurut nenek saya dulunya ada dua pohon mangga besar tumbuh disitu berdekatan dan malah berdempetan, jadi untuk menandai wilayah itu orang hanya mengingat pohon mangga tersebut sehingga dinamai 'Pao Si Jeppe' atau pohon mangga yang saling berdempetan. Sampai sekarang penyebutannya disingkat menjadi Paojepe saja.

Longka
Longka posisinya di sebelah baratnya lagi Paojepe. Kurang terlalu familiar buat saya dulunya kecuali ada dua sekolah dasar yang selalu mengirim perwakilan menjadi saingan-saingan saya di lomba tujuh belasan atau hari pendidikan haha.. Selebihnya tidak ada yang terlalu nyangkut di memori, mungkin karena pemikiran saya dulu yang cuma mentok ke tanjakan Paojepe hehe..
Longka sendiri berasal dari kata 'melo engka' yang berarti 'mau datang'. Ceritanya singkat saja, ada dua pihak yang janjian ketemu disana (untuk mudahnya kita pakai istilah penjajah dan gerilyawan lagi saja, kalau pakai sepasang kekasih nanti malah dijadikan sinetron haha). Nah pada hari yang ditentukan penjajah ini sudah datang di lokasi tersebut, tapi yang ditunggu, tidak datang-datang. Hanya saja penjajah ini tetap setia menunggu dan percaya bahwa gerilyawan akan datang memenuhi janji, eh, malah kayak sinetron romantis ya? Hahaha. Sejak itu dinamakanlah tempat itu Melo Engka karena penjajah yang menunggu selalu yakin gerilyawan pasti mau datang. Penamaannya kemudian dipersingkat menjadi Lo Engka dan Longka sampai sekarang.

Bulete
Bulete letaknya tidak jauh dari Siwa, waktu kecil saya sering diajak kesini ke rumah Tante untuk makan langsat atau durian. Dan yang bikin saya amazed sekali waktu itu adalah Tante tinggal bersama suami dan dua anaknya di sebuah rumah mungil nan asri, dengan kebun-kebun kecil di sekeliling rumah serta kebun durian di belakangnya. Rumah idaman banget waktu itu, kalau mau makan durian tinggal guling-guling nyampe di kebunnya hehe..
Bulete berasal dari kata 'bung' yang berarti sumur dan 'lette' yang berarti 'berpindah'. Konon ada sumur ajaib yang lokasinya selalu berpindah. Air sumur ini punya khasiat luar biasa dan dicari semua orang, tetapi susah ditemukan karena lokasinya yang pindah-pindah. Mungkin karena pindah-pindahnya di daerah itu saja atau karena suatu waktu akhirnya sumur tersebut ditemukan di daerah itu maka dinamakanlah Bung Lette yang dipersingkat menjadi Bulete.

Tobarakka
Sebelah timurnya Bulete ada Tobarakka, daerah terdapat pesantren satu-satunya di sekitar situ. Selain itu di kampung ini juga ada jembatan yang lumayan besar yang pada waktu kecil selalu saya anggap adiknya Jembatan Siwa hehe.. Antara pesantren dan jembatan itu ada jalan masuk ke bukit-bukit di belakang kampung, disana terdapat banyak kebun cengkeh termasuk kebun punya nenek dan saya sering diajak menengok kebun itu sama nenek, bukan karena kebunnya sakit tapi untuk maintenance hehe..
Tobarakka berasal dari kata 'tau' yang berarti 'orang' dan 'ma barakka' atau 'penuh berkah'. Kalau ini asumsi saya sendiri, dulunya di daerah itu ada orang yang sangat tinggi ilmu agamanya, semacam wali, kyai atau suhu gitu yang dianggap penuh berkah dari Tuhan, mungkin orang itu juga yang dulunya mendirikan pesantren disana sehingga daerah itu dijuluki tempatnya orang penuh berkah, Tau Ma Barakka. Penyebutannya kemudian disingkat menjadi Tobarakka.

Bolabakka
SMA pertama di Pitumpanua, tidak jauh dari Bolabakka
Bolabakka sebelah timurnya lagi Tobarakka, di daerah ini ada Kantor Polisi dan Pom Bensin pertama se-kecamatan, jadi waktu kecil kalau mau ke Siwa, setiap mencapai daerah ini saya selalu beranggapan sudah masuk kota haha. Selain itu ada juga tempat les bahasa inggris waktu saya SD yang bikin punya modal ngomong yes no. Dulu saya ikut les salah satu motivasinya adalah karena ingin mengerti petunjuk-petunjuk dalam video game haha
Bolabakka juga berasal dari dua kata yakni 'bola' atau 'rumah' dan 'ta bakka' yang artinya 'terhambur'. Ini juga asumsi saya kalau melihat asal katanya, kemungkinan penamaannya karena dulu terjadi pertempuran di tempat ini. Pertempurannya sudah modern sehingga sudah menggunakan meriam dan bom yang salah satunya mengenai satu rumah besar sehingga terhambur hancur lebur. Disebutlah tempat itu Bola Ta Bakka atau tempat ada rumah terhambur dan dipersingkat menjadi Bolabakka.

Topitu
Topitu ini tidak dilewati jalan besar, melainkan sebuah simpang jalan kecil lagi sebelum mencapai Bolabakka dari arah Kaluku ke Siwa. Waktu kecil, sebelum ada saluran irigasi di Kaluku, saya sering diajak mandi di sungai yang ada di Topitu ini serombongan keluarga besar pada hari minggu. Semacam piknik keluarga haha..
Topitu berasal dari kata yang sudah disebutkan diatas yakni 'tau' dan 'pitu' yang berarti 'tujuh orang'. Konon pada jaman dulu ada tujuh orang pengelana yang epic banget, pembela kebenaran pemusnah kebathilan. Mereka adalah hero, melindungi yang lemah dan tertindas. Nah suatu waktu ketujuh orang ini memutuskan berhenti berkelana dan ingin membentuk koloni, tempat mereka memulai berkoloni itulah disebut dengan daerah Tau Pitu yang dipercaya sebagai kampung Topitu sekarang.

Benteng
Benteng terletak antara Tobarakka dan Alesilurung. Di Benteng ada lapangan sepakbola yang posisinya sangat bagus, di pinggir jalan besar tetapi lebih rendah sehingga jika ada pertandingan bola, orang cukup singgah di pinggir jalan dan sudah puas melihat ke seluruh lapangan. Percaya tidak percaya, di suatu pertandingan ada kiper yang ingin menendang bola tetapi jatuh tersandung dan meninggal di tempat!! Katanya ada luka bekas aneh di lehernya. Klenik dalam sepakbola memang masih kental di daerah saya. Pernah seorang teman dekat saya yang mengaku punya ilmu tersembunyi memegang tiang gawang agar tidak kebobolan, tapi tak lama langsung dilepas, pusing katanya. Bapak-bapak kulit gelap kumisan yang memegang tiang gawang satunya ternyata ilmunya lebih tinggi ternyata hahaha
Benteng asumsi saya memang berasal dari kata benteng, mungkin dulunya ada benteng di masa perang di daerah itu. Daerahnya sih berupa dataran luas dan ada sungai besar yang melewati. Kalau mau dilihat kasat mata tidak ada bukit yang bisa dianggap bangunan benteng jaman dulu. Mungkin bentengnya sudah runtuh atau bentengnya dari kayu sehingga lapuk tak berbekas. Tapi kalau mau diteliti lebih dan memang benar asal katanya adalah benteng literally, seru juga tuh pencarian fisik bentengnya (kebayang petualangan Indiana Jones).

Ajucolo
Ajocolo juga tidak dilewati jalan besar, sekitar tiga kilometer malah dari jalan besar. Jalan masuknya ada di simpang Paojepe. Pada awal pengabdiannya sebagai guru SD, Tante Gokil yang saya ceritakan sebelumnya, ditempatkan di Ajucolo ini, sehingga setiap libur sekolah atau sekedar hari minggu, saya sering dibawa jalan-jalan kesana. Tante saya satu ini memang gokil banget, tetapi juga telaten dan kreatif, dibuatnya rumah dinas kecil disitu menjadi sangat asri dan membuat kami betah setiap kesana, apalagi sejak kelahiran anak pertamanya, jadi banyak mainan. Tak jauh di depan rumah juga ada saluran irigasi yang baru dibangun waktu itu jadi ada tempat main air haha..
Yang paling saya ingat juga dari kampung ini adalah Tante Gokil punya teman warga kampung itu yang mirip banget sama Rhoma Irama, bukan hanya mirip cambangnya tapi juga kontur wajahnya memang persis. Hobinya memotret dan setiap kami main kesana dia selalu dipanggil untuk memotret kami.
Ajucolo adalah bahasa bugis dari pohon beringin. Katanya dulu tumbuh pohon beringin yang sangat besar di kampung itu sehingga untuk menandainya diberi nama Ajucolo. Pasti di jaman orde baru pohon itu sangat dicari golongan partai tertentu untuk dijadikan basis hehehe

Nah itulah beberapa daerah yang saya pernah dengar cerita asal mula penamaanya. Masih ada beberapa nama lagi yang sebenarnya saya penasaran ingin mengetahui sejarahnya seperti Keera, Lalliseng tempat leluhur saya, Barangmamase, Botto Tella dan sebagainya. Hanya saja nenek saya tidak pernah menceritakan mengenai daerah tersebut. Mungkin jika ada kesempatan lagi saya akan berusaha mencari tau sendiri.

Ah, ada satu lagi cerita dari kakek. Ini mengenai penamaan pulau Sulawesi. Konon katanya penjajah, entah itu Belanda atau Portugis, menemui seorang pandai besi yang sedang bekerja di salah satu pantai di Maluku. Penjajah itu melihat ada sebuah pulau di seberang lautan, bermaksud ingin tau namanya mereka bertanya ke si pandai besi. Karena ketidakcocokan bahasa, pandai besi ini mengira ditanya dia sedang melakukan apa dan dijawab sedang 'sula besi' atau 'menempa besi'. Sang penjajah pun manut-manut saja dan menandai peta mereka untuk pulau tersebut diberi nama Sulabesi. Mungkin karena orang barat penulisannya menjadi Celebes dan pengucapannya menjadi Sulawesi.

Wallahualam, saya bukan ahli sejarah dan hanya mendengar cerita-cerita diatas dari kakek nenek. Jadi saya ingatkan sekali lagi kevalidannya sangat tidak terjamin, tapi kalau secara logis bisa nyambung hehe.. ya kan? ya kan?

6 komentar:

helmy cantippp mengatakan...

foto anda menggannggu di setiap penampakan....tapi postingannya menarik. nenek yang mana nih yang ngajarin???

beddu mengatakan...

nenek yang punya cucu kesayangan yaitu aku :')

Sisilia Pujiastuti mengatakan...

kaluku... saya pernah tinggal selama 6 bulan di belakang pasar kaluku, tahun 2002. pengalaman yang mengesankan. Terima kasih atas foto2nya. Berharap m bisa menengok bakau bakau yang kami tanam di tepi laut/tambak.

AR Syam Sukardi mengatakan...

koreksi tentang sejarah nama Bola Bakka, nama Bola Bakka terdiri dari dua kata yaitu Bola yg artinya Rumah sedang Bakka Artinya dua atau ada dua warna yg berbeda, konon pada waktu itu ada sebuah Rumah yg memiliki dua jenis atap yaitu atap Bakkaweng dan atap seng yg menjadi cikal bakal nama Bola Bakka

AR Syam Sukardi mengatakan...

koreksi tentang sejarah nama Bola Bakka, nama Bola Bakka terdiri dari dua kata yaitu Bola yg artinya Rumah sedang Bakka Artinya dua atau ada dua warna yg berbeda, konon pada waktu itu ada sebuah Rumah yg memiliki dua jenis atap yaitu atap Bakkaweng dan atap seng yg menjadi cikal bakal nama Bola Bakka

AR Syam Sukardi mengatakan...

Sama halnya nama Salo bakka, sungai yg memiliki dua warna air yg berbeda.
masih ada satu lagi makna atau arti dari kata Bakka, yakni Manu Bakka yg artinya Seekor ayam yg memiliki dua warna buluh yaitu merah dan putih.

Ma'af ya.... ini hanya sekedar meluruskan saja, semoga bermanfaat

Posting Komentar

My 99designs Folio

Check out 99designs for Logo Design