Tulisan dariku ini, mencoba mengabadikan
Mungkin akan kau lupakan, atau untuk dikenang

Minggu, 02 Maret 2014

Kebelakang, kedepan, tahun ini

Tahun berganti lagi, resolusi, solusi, rekonstruksi, reformasi, apalah itu jadi banyak disebut-sebut lagi sama orang. Ceritanya saya mau bikin gituan juga awal tahun ini, apalah daya tulisan ini baru kejadian di maret hari ketiga. Jadinya gituan saya cuma mengawang-awang terus dipikiran. Yang jelas setahun kemarin ada beberapa kemajuan, hape android saya akhirnya bisa BBM yang jadinya memungkinkan saya terhubung lagi dengan teman-teman SMA yang isi chattingannya 50% mesum 50% ngelantur, tapi yang paling melegakan adalah skripsi akhirnya beres juga walaupun isinya juga ngelantur :D


Selain itu tahun kemarin saya disempatkan lagi untuk hiking dan berujung di puncak Gunung Gede, malah keterusan sampai alat-alat naik gunung dibeli satu-satu. Awal tahun kemarin juga saya menulis ingin merambah dunia internasional, kesampaian sih cuma belum dapat pengakuan. Seorang teman mengenalkan saya pada kontes desain secara online, di beberapa kontes saya sudah diapresiasi sama penyelenggara cuma belum pernah menang. Klien pertama yang membayar hasil desain saya malah seorang teman lain yang minta didesainkan undangan aqikah ponakannya, dan bayarannya sebatang coklat sama sebotol minuman ringan. Tapi setelah itu semua waktu tersita oleh skripsi. Saat skripsi beres semua waktu malah tersita untuk berleha-leha. Jadi sampai sekarang belum ada desain lagi yang saya hasilkan.


Seminar jelang sidang skripsi
Tahun 2014 dimulai gegap gempita. Untuk pertama kalinya saya menikmati kembang api pergantian tahun, itu juga karena harus piket jaga di kantor malam itu. Teman-teman yang juga jaga mengajak naik ke atap gedung kantor yang berlantai 7 jadi agak lumayan pemandangannya. Seru juga ternyata, tapi seperti tahun lalu belum teratur, semua main tembak saja. Mungkin bagusnya kembang api jangan dijual lagi tapi diserahkan ke satu pihak yang khusus mengurus pertunjukan kembang api supaya lebih teratur. Ini jadinya malah kayak host acara tv yang sok melucu, meledak-ledak tidak jelas.

Akhir januari saya kembali ikut hiking. Kali ini benar-benar hiking, tujuannya Gunung Slamet, gunung tertinggi Jawa Tengah dan cuma kalah tinggi dari Semeru untuk ukuran seluruh Jawa. Setelah itu lanjut pulang kampung dua minggu karena dipaksa orang kantor mengambil cuti, katanya nanti cutinya mau direset jadi sayang kalau tidak diambil. Sebagai tenaga outsource yang baik dan berbakti tentu saya ikut saja. Saat itu saya juga menyadari ternyata penyakit phobia naik pesawat masih ada, alhasil di pesawat saya paksakan untuk tidur selama perjalanan sehingga tidak bisa jelalatan melihat kakak-kakak pramugari.

Di peralihan tahun kali ini ada satu kata yang selalu menimbulkan huru-hara: Kawin. Teman kuliah kawin, teman SMA kawin, sepupu dekat kawin, sepupu jauh kawin, si fulan kawin, si fulanah kawin, belum lagi rencana-rencana teman yang lain untuk segera kawin. Yang lebih parah, ada yang kawin untuk kedua kalinya bahkan ketiga kalinya. Bayangkan beratnya tekanan sosial yang muncul pada orang-orang jomblo seperti saya. Jadinya pas pulang kampung saya ditanya udah ada gandengan belum, saya yang jujur dan bijaksana tentu saja menjawab belum dengan harapan besar nanti pasti akan dipaksa untuk mencari agar cepat menyusul yang lain, malah dibalasnya lagi, "oh, yaudah lanjut kuliah lagi saja, belum berencana kawin kan?"

Tentu saya juga sudah ingin dan sudah punya target, hanya saja masih ada beberapa pertimbangan yang belum terpenuhi. Rencananya sih, kalau tidak muncul penyakit malasnya, tahun ini hal itu yang akan diurusi. Saya juga mulai merasa lelah jauh dari rumah, tapi untuk kembali begitu saja tentu tidak mungkin. Terutama mengenai pekerjaan, akan buruk nantinya nilai jual saya kalau kembali menjadi pengangguran. Bisa-bisa ada teman yang sudah mau kawin keempat kalinya saya masih begini-begini saja.

Entah kenapa juga di awal tahun ini MU lebih sering kalah. Jadinya malam minggu lebih menyengsarakan sekarang. Biasanya perhatian saya teralihkan karena semangat menonton pertandingan. Kali ini menjadi suram dan menyakitkan, dan kesendirian pun lebih terasa pada akhirnya. Suram. Menyakitkan.

Selain itu saya masih harus mencari jawaban tertentu, karena beberapa mimpi saya sepertinya mulai terasa lebih berat untuk diwujudkan. Walk away or try harder?

0 komentar:

Posting Komentar

My 99designs Folio

Check out 99designs for Logo Design